Suarabayuangga.com – Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Probolinggo terus meningkat dan menimbulkan kekhawatiran. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan setempat, sejak Januari hingga Juni 2025 tercatat sebanyak 956 kasus, dengan enam orang meninggal dunia akibat penyakit tersebut.
Guna merespon kondisi tersebut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo mengadakan pertemuan audit kematian dan evaluasi penanganan DBD di ruang pertemuan Bougenville, Kantor Dinkes.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kegiatan ini dibuka oleh dr. Nina Kartika selaku Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, didampingi Subkoordinator P2PM Adik Budi Waluyo, serta Pengelola Program DBD S. Trisnoharini. Turut hadir 33 dokter dari puskesmas dan 6 dokter rumah sakit yang terlibat dalam penanganan pasien DBD di Kabupaten Probolinggo.
dr. Nina menyampaikan bahwa Kabupaten Probolinggo tergolong sebagai daerah endemis DBD. Tingginya jumlah kasus menjadi sinyal agar semua pihak meningkatkan kewaspadaan.
“Perlu dilakukan penguatan dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M Plus serta peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dalam menangani kasus DBD,” ujarnya, pada kamis (26/6/2025) siang.
Sementara itu, S. Trisnoharini menjelaskan bahwa capaian Angka Bebas Jentik (ABJ) masih belum memenuhi target nasional.
“Target ABJ nasional adalah di atas 95 persen. Namun hingga minggu ke-25 tahun ini, Kabupaten Probolinggo baru mencapai 90 persen. Sementara itu, tingkat kematian atau Case Fatality Rate (CFR) masih berada di angka 0,7 persen, padahal idealnya di bawah 0,5 persen,” paparnya.
dr. Catur Prangga Wardana, Sp.A, yang menjadi narasumber utama dalam pertemuan ini, memberikan materi tentang tata laksana DBD dan mengulas beberapa kasus kematian. Ia menegaskan pentingnya penanganan yang cepat dan tepat.
“Kunci utama penanganan DBD adalah pada diagnosis yang akurat sejak awal dan pemberian cairan sesuai kebutuhan. Cairan menjadi faktor penting dalam menyelamatkan pasien DBD,” terangnya.
Dinkes berharap koordinasi dan kesiapsiagaan tenaga medis di lapangan semakin kuat, sehingga angka kasus dan kematian akibat DBD bisa ditekan secara signifikan.(red)