PROBOLINGGO – Bale Hinggil di Jalan Dr. Soetomo menjadi saksi pelantikan pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Probolinggo periode 2025–2029, Senin malam (15/12/2025). Acara tersebut berlangsung di tengah sorotan tajam publik, seiring merosotnya prestasi atlet Kota Probolinggo pada ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur IX 2025.
Di balik rangkaian seremoni dan senyum para pengurus baru, kegelisahan atas kondisi olahraga daerah tak bisa sepenuhnya disembunyikan. Ketua KONI Jawa Timur, Muhammad Nabil, yang memimpin pengambilan sumpah jabatan, memilih bersikap lugas. Ia menegaskan bahwa hasil buruk di Porprov bukan sekadar statistik, melainkan sinyal peringatan serius yang menuntut pembenahan menyeluruh.
Nabil mengingatkan agar kepengurusan baru tidak terjebak pada program seremonial tanpa arah. Ia meminta pengurus bekerja fokus dan terukur, termasuk berani mengevaluasi cabang olahraga yang tak memberikan kontribusi prestasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Jangan buang garam di laut. Pembinaan tidak bisa instan. Harus ada evaluasi total, kalau tidak, kita hanya akan jalan di tempat,” tegasnya.
Di tengah tuntutan perbaikan prestasi tersebut, dinamika internal KONI justru menjadi perhatian tersendiri. Ketua terpilih, Zulfikar Imawan, membuat langkah mengejutkan dengan menggandeng rivalnya dalam kontestasi pemilihan, Sugeng Nufindarko, sebagai Wakil Ketua I. Padahal, keduanya sebelumnya berada pada kubu yang berseberangan.
Zulfikar menyebut langkah tersebut sebagai hasil diskusi panjang demi membentuk tim yang solid dan kompeten. Dalam proses restrukturisasi kepengurusan, sejumlah nama lama digantikan oleh wajah-wajah baru. Meski diklaim sebagai upaya konsolidasi, publik menilai langkah ini juga sarat kepentingan untuk meredam potensi konflik internal agar organisasi tetap stabil.
Zulfikar sendiri mengakui bahwa tantangan terbesarnya adalah mengangkat kembali prestasi olahraga Kota Probolinggo yang tengah menurun. Ia menyebut fokus awal kepengurusan akan diarahkan pada cabang olahraga unggulan, salah satunya panjat tebing.
Namun, pelantikan ini tak luput dari kritik elemen masyarakat sipil. Wali Kota LIRA Probolinggo, Louis Hariona, menilai momen pelantikan di tengah anjloknya prestasi merupakan hal yang patut disayangkan. Sebagai bagian dari fungsi kontrol sosial, ia menyebut kondisi tersebut mencerminkan belum adanya evaluasi yang serius terhadap kinerja KONI sebelumnya.
Ia juga menyoroti absennya Pemerintah Kota Probolinggo dalam acara pelantikan tersebut. Menurutnya, ketidakhadiran pemerintah daerah menjadi catatan negatif yang menunjukkan belum sinkronnya hubungan kelembagaan dalam upaya membangun prestasi olahraga daerah.
Selain itu, Louis mempertanyakan manuver ketua terpilih yang merangkul rival politiknya. Ia menilai langkah tersebut perlu diuji secara objektif, apakah benar ditujukan untuk mendongkrak prestasi olahraga, atau sekadar lobi-lobi politik internal.
“Yang terpenting adalah bagaimana membawa nama baik dan prestasi olahraga Kota Probolinggo. Bukan kepentingan politiknya,” tegasnya.
Kini, tanggung jawab besar berada di tangan duet Zulfikar Imawan dan Sugeng Nufindarko. Publik menanti apakah kolaborasi dua mantan rival ini mampu menjadi solusi nyata bagi kebangkitan prestasi olahraga Kota Probolinggo, atau justru berhenti pada kompromi elit yang tak menyentuh kebutuhan para atlet. Waktu yang akan membuktikannya.






