PROBOLINGGO – Kondisi Stadion Bayuangga Kota Probolinggo pasca gelaran event Hari Jadi Kota Probolinggo ke-666 menuai sorotan tajam. Lapangan utama stadion yang menjadi kebanggaan warga kini mengalami kerusakan serius dan tidak bisa digunakan untuk aktivitas olahraga.
Wakil Ketua I DPRD Kota Probolinggo, Abdul Mujib, menegaskan bahwa persoalan ini bukan untuk dibesar-besarkan, melainkan karena adanya ketidakterlibatan pihak-pihak terkait dalam pengelolaan dan pemulihan pasca kegiatan besar tersebut.
“Masalah stadion ini bukan hal yang kami besar-besarkan, tetapi ini tidak bisa dibiarkan. Terlihat kurang baik karena tidak melibatkan para stakeholder terkait,” ujar Abdul Mujib.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurutnya, kondisi lapangan usai acara membutuhkan perawatan intensif. Sejumlah temuan di lapangan menunjukkan masih adanya sisa-sisa sampah dan benda berbahaya.
“Mulai dari sisa makanan, potongan kawat bekas ikatan, peniti, jarum, bahkan serpihan tajam seperti kulit kerang yang bisa melukai tubuh. Area lapangan juga rembes akibat dilalui kendaraan bermuatan berat,” jelasnya.
Mujib menilai, pemulihan lapangan tersebut akan membutuhkan waktu, tenaga, serta anggaran besar. Karena itu, ia menegaskan perlu ada tanggung jawab dari pihak penyelenggara.
“Pemulihan butuh biaya dan tenaga. Maka harus ada konsekuensi bagi penyelenggara agar bersama-sama bertanggung jawab sesuai kesepakatan,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Askot PSSI Kota Probolinggo, Eko Purwanto, menyebut kekhawatiran pihaknya sebelum pelaksanaan acara ternyata terbukti benar. Ia mengaku kondisi stadion saat ini belum layak digunakan untuk kegiatan olahraga apa pun.
“Sebelum acara dimulai, kami sudah mengingatkan potensi kerusakan. Dan benar, sekarang banyak ditemukan bekas tusuk sate, kawat, pecahan kerang, serta sisa bakaran di tengah lapangan,” ungkapnya.
Eko juga menyayangkan masuknya kendaraan besar seperti truk pengangkut panggung ke area lapangan utama yang menyebabkan tanah bergelombang dan rumput rusak parah.
“Ada truk besar masuk ke tengah lapangan. Itu membuat permukaan lapangan jadi bergelombang. Belum lagi rumput yang menguning karena tidak disiram dan tidak mendapat pupuk khusus,” tambahnya.
Menurutnya, tanpa adanya dana pemeliharaan dari pihak penyelenggara maupun Dispopar, perbaikan stadion tidak bisa segera dilakukan. Akibatnya, sejumlah atlet dari berbagai cabang olahraga terpaksa menunda latihan yang biasanya dilakukan di stadion tersebut.
“Saat ini bukan hanya atlet sepak bola, tapi juga atlet cabang lain harus berhenti berlatih karena kondisi stadion belum bisa digunakan,” tutup Eko.