PROBOLINGGO – Penutupan sementara Mie Gacoan di Jalan Suroyo, Kelurahan Tisnonegaran, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo, bukan hanya berdampak pada konsumen. Ratusan driver ojek online (ojol) kini merasakan imbas paling berat. Orderan yang biasanya mengalir deras setiap hari, mendadak berhenti.
Bagi para ojol, resto tersebut ibarat “urat nadi” penghasilan. Junaedi (53), seorang driver ojol, mengaku dirinya dan rekan-rekan kini seperti kehilangan sandaran hidup.
“Setiap hari ada ratusan orderan dari Gacoan. Satu orang bisa dapat 10–15 orderan. Setelah ditutup, kami benar-benar kehilangan. Banyak teman tidak bisa bawa pulang uang untuk keluarga,” kata Junaedi dengan nada berat, Rabu (24/9/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tak sedikit driver yang sebelumnya fokus mengantar makanan terpaksa banting setir mengambil layanan penumpang. Namun, peralihan itu menimbulkan persaingan sengit.
“Yang biasanya spesialis makanan pindah ke penumpang. Penumpang yang sedikit direbut 10 driver sekaligus. Akhirnya sama-sama sepi. Kami saling berebut untuk sekadar bertahan,” jelasnya.
Kondisi kian pelik karena sebagian driver terpaksa “ngalong”, alias bekerja hingga larut malam demi mengejar penghasilan. Pola kerja berubah drastis, merusak ritme hidup, dan membuat banyak driver semakin kelelahan.
Di tengah situasi sulit itu, komunitas ojol berharap ada langkah nyata dari pemerintah. Salah satu usulan adalah mendorong Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk menggunakan jasa ojol saat berangkat dan pulang kerja.
“Kalau ASN seminggu sekali saja pakai ojol, atau tiga kali seminggu, itu sudah sangat membantu. Dengan gaji yang tetap, mereka bisa berbagi dengan kami yang hidup di akar rumput. Bagi kami, orderan itu bukan sekadar pekerjaan, tapi soal dapur yang tetap ngebul,” pungkas Junaedi.






